Kamis, 16 Agustus 2012

Balapan Liar Dan Dampak Yang diakibatkan


PENDAHULUAN
Dunia remaja kini makin kompleks. Banyak persoalan dan tantangan yang makin sulit dihadapi. Tuntutan ke depan dalam mencari lahan pekerjaan yang makin sulit membuat remaja harus mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Di tambah lagi lingkungan yang kadang kurang mendukung seperti keluarga dan teman sepermainan. Akibatnya tak jarang remaja yang dihinggapi stress dan frustasi. Hal tersebut membuat para remaja mencari pelarian untuk mengurangi rasa frustasi tersebut. Sayangnya kebanyakan remaja terjerumus dalam hal-hal negatif seperti narkoba, judi, miras hingga seks bebas. Hal yang penulis cermati di sini adalah balapan liar sebagai kegiatan lain remaja untuk mengisi waktu atau bahkan sebagai pelarian dari masalah yang sedang di hadapi. kehidupan jalanan dalam hal ini balapan liar merupakan hal yang paling mudah untuk bahan pelarian para remaja yang sedang stress atau mengalami tekanan mental. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengobservasi dan mencari keterkaitan antara balapan liar dengan kesehatan mental remaja melalui metode wawancara dan observasi

METALISLAM (No Drugs, No Alcohol, No Violence dan No Free sex. Just Metal)

\

Zionisme telah menyiapkan senjata baru untuk penghancuran umat Islam melalui seni. Dunia Underground ternyata cukup efektif menjadi wadah penghancuran generasi muda islam di Indonesia. Lalu apa tujuannya? Jika setiap elemen di Indonesia sudah tersusupi pemikiran Zionisme maka sungguh yang terjadi adalah perpecahan umat Islam. Mulai dari isu liberalism, Ahmadiyah serta aliran sesat lainnya. Kaderisasi Zionisme paling manjur di Indonesia salah satunya adalah merusak generasi muda Islam. Kenapa generasi muda? Karena jika anda ingin menghancurkan sebuah Negara dan peradaban maka hancurkan dulu generasi mudanya karena ditangan merekalah kepemimpinan akan beralih di masa depan.

Park Min Young : Si Cantik Dari Korea

sebenarnya ini post titipan teman saya toni ..
le ..
ini buat llu ..


Profil Lengkap Park Min Young. Siapa yang tidak kenal dengan wanita cantik bermata indah ini, hadir dalam drama Sungkyunkwan Scandals bersama Song Joong Ki (*si imut bin unyu). Park Min Young adalah aktris yang digosipkan tengah menjalin hubungan dengan aktor tampan Lee Min Ho (*tapi kabar yang beredar mereka udah putus huaaa). Apa saja drama dan penghargaan yang telah diraihnya? yuk, langsung aja dibaca.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Biografi Ebiet G Ade


Abid Ghoffard Aboe Dja’afar lahir di Wanadadi, Banjarnegara, 45 tahun silam. Pria yang kini dikenal sebagai Ebiet G Ade ini adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang karya-karyanya telah melegenda dan terkenal dengan balada yang syahdu dan syair-syair sarat makna dari lagu-lagu yang dibuatnya.
Setelah lulus SD, Ebiet kecil melanjutkan pendidikan di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Namun karena tidak kerasan, dirinya pindah ke Yogyakarta. Di Jogja, Ebiet bersekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan SMA Muhammadiyah 1. Ebiet termasuk siswa berotak encer. Namun ia tidak dapat melanjutkan perkuliahan di Universitas Gajah Mada karena ketiadaan biaya. Akhirnya Ebiet memilih untuk bergabung ke sebuah grup vokal.
Nama panggilan ‘Ebiet’ tersebut ada sejarahnya. Semasa SMA, Ebiet mengikuti kursus bahasa Inggris di sekolahnya. Pada saat itu, gurunya yang orang asing memanggilnya ‘Ebid’ alih-alih ‘Abid’. Dikarenakan pelafalan bule yang berbeda dari pelafalan Indonesia (‘A’ dibaca ‘E’). Akhirnya lama kelamaan teman-temannya lebih sering memanggilnya ‘Ebiet’. Sedangkan nama ‘G Ade’ merupakan akronim dari nama lengkapnya, ‘Ghoffar Aboe Dja’afar’.

Sejarah Sepeda Motor Dan Perkembangannya Di Dunia Sampai Masuk Ke Indonesia

Setahu saya ada 2 versi sejarah ditemukan dan berkembangnya sepeda motor di dunia hingga masuk ke indonesia .



Versi 1 .


                     

Sepeda motor kini mungkin menjadi salah satu alat trasportasi yang paling diminati di dunia khususnya di Indonesia. Coba kalian perhatikan di jalan raya, begitu banyak sepeda motor yang melintas atau yang sedang antre saat lampu merah sedang menyala.

Tahukah kalian darimana asalnya sepeda motor, siapa-siapa saja yang berperan dalam perkembangan sepeda motor dan bagaimana sejarahnya hingga sepeda motor masuk ke Indonesia?

Ada tiga orang yang diakui sebagai penemu sepeda motor yaitu, Ernest Michaux ( Perancis), Edward Butler (Inggris), dan Gottlieb Daimler (Jerman). Sepeda motor pertama kali dirancang pada tahun 1868 oleh Ernest Michaux berkebangsaan Perancis. Pada waktu itu,tenaga penggerak yang direncanakannya adalah mesin uap namun proyek ini tidak berhasil. Kemudian pada tahun 1885 Edward Butler mencoba menyempurnakannya dengan membuat kendaraan lain yang mempergunakan tiga roda dan digerakan dengan menggunakan motor dari jenis mesin pembakaran dalam.

Pada tahun 1885 seorang ahli mesin Jerman Gottlieb Daimler dan mitranya, Wilhelm Maybach menjadi perakit motor pertama kali di dunia. Daimler memasangkan mesin empat langkah berukuran kecil pada sebuah sepeda kayu. Mesin diletakkan di tengah (di antara roda depan dan belakang) dan dihubungkan dengan rantai ke roda belakang. Kemudian sepeda kayu bermesin itu diberi nama Reitwagen (riding car).

Tawuran Pelajar Makin Marak Terjadi Di Kota-Kota Besar Indonesia


Dunia pendidikan kembali tercoreng-moreng. Tawuran antarpelajar dari beberapa sekolah kembali pecah di Jakarta pada Rabu, 18 Juli 2012.  Tawuran itu melibatkan SMA 06 dan SMA 70 Jakarta. Selain kedua sekolah ini, tawuran juga pecah antara pelajar SMK 15 dan SMK 29 atau SMK Penerbangan.
Ironisnya tawuran ini terjadi di awal tahun ajaran baru, bahkan saat pelaksanaan Masa Orientasi Sekolah (MOS) masih berlangsung di sekolah lain di tempat yang berbeda. Di lain pihak, sebagian pelaku tawuran adalah siswa-siswa baru yang baru selesai melaksanakan MOS dan atribut MOS bahkan masih melekat di tubuh mereka.
Seperti kita ketahui, tawuran antarpelajar bukanlah kasus baru dalam dunia pendidikan kita. Pasalnya, sepanjang tahun, peristiwa kekerasan yang melibatkan remaja sekolahan ini selalu terjadi. Bahkan dari tahun ke tahun, bukannya semakin berkurang, namun justru kian meningkat.
belum lagi jika menghitung tawuran yang terjadi di tingkat universutas, yang pastinya semakin menambah daftar panjang kasus tawuran ini. 

Di Jakarta, data tawuran yang tercatat di Bimmas Polda Metro Jaya, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. (www.kpai.go.id/15 Mei 2011). Sementara untuk tahun 2010, Komnas PA juga mendata jumlah tawuran antarpelajar sebanyak 128 kasus. Dan tahun 2011 kembali naik sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang.
Selain data kejadian yang terus meningkat, gaya perkelahian yang dipertontonkan juga kian tidak terkendali dan semakin berani. Para pelaku tawuran kini secara sengaja mempersiapkan persenjataan untuk perkelahian. Senjata yang disiapkan dan digunakan juga tidak tanggung-tanggung, mulai dari sekadar balok kayu, hingga senjata tajam seperti celurit, pisau, klewang, dan gear motor yang sudah dimodifikasi sedemikan rupa.
Dengan persiapan sematang ini, bisa dipastikan, ‘niat’ untuk tawuran bukan hanya perkelahian biasa, tapi sudah bersiap untuk saling membunuh. Tak ada lagi ketakutan untuk memukul, melukai, bahkan jika harus membunuh sekalipun. Sebaliknya mereka juga tak lagi berpikir bahwa perilaku seperti ini kan merugikan kehidupan mereka sendiri dengan kemungkinan menjadi korban. Hal-hal seperti ini tak lagi menjadi bahan perhitungan. Yang ada adalah semangat, rasa ego dan dendam  untuk menghabisi lawan.
Faktor Pemicu
Banyak hal yang menjadi alasan para pelajar memulai aksi tawuran. Kadang dimulai dari hal-hal yang sepele seperti saling mengejek antarsiswa dan saling menghina atas nama sekolah. Pemicu yang lain, seringkali dari aneka permainan olahraga hingga pentas seni. Jadi, kegiatan yang awalnya sebenarnya ditujukan untuk kompetisi persahabatan antarsekolah justru menjadi pemicu pecahnya tawuran. Awalnya mungkin hanya perkelahian antara seorang dua orang pelajar, namun pada kondisi berikutnya akhirnya merembet pada meletusnya tawuran yang lebih besar.
Lebih dari itu, menurut psikolog Sander Diki Zulkarnaen dalam pengaduan ke KPAI tahun 2011, menyebutkan bahwa untuk kota besar, masalah pemicu tawuran sudah demikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.
Dengan kata lain, faktor-faktor tersebut sesungguhnya adalah faktor keluarga/rumah, sekolah, dan lingkungan. Keluarga yang tidak harmonis dan sering mempertontonkan perkelahian/kekerasan pada anak akan cenderung membuat anak mencontoh perilaku yang sering dilihatnya. Di sisi lain, kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diterima anak dari dalam rumah akan membuat mereka menyibukkan diri dengan pergaulan bersama teman-teman sebaya (mungkin dalam genk) yang dianggap mampu memberi rasa nyaman dan kebersamaan.
Hal ini kian diperparah lagi dengan sangat kurangnya basic pendidikan agama yang ditanamkan oleh para orang tua. Pada akhirnya, kelompk-kelompok pelajar seperti ini akan sangat mudah tesulut emosinya untuk menyelesaikan persoalan dengan jalan pintas jika ada sedikit saja pemantik yang mengusik jati diri mereka.
Di sisi lain, pendidikan sekolah masa kini yang dikotomis antara pendidikan umum dan agama, juga tak bisa diharapkan mampu memberi bekal yang cukup untuk membentuk siswa yang berkepribadian baik. Di satu sisi, penguasaan ilmu dan prestasi dalam bidang pelajaran umum terus dipacu, namun ternyata tidak dibarengi dengan upaya yang sama dalam hal pembinaan akhlak dan keterikatan terhadap norma agama. Akibatnya, intelegensi boleh tinggi tapi minus akhlak mulia hingga cenderung bersikap anarkis dalam menyelesaikan persoalan.
Lebih parahnya lagi, padatnya kurikulum pembelajaran seakan tak memberi ruang bagi peserta didik untuk sekedar ‘berkontemplasi’, memikirkan lebih jernih setiap masalah yang dihadapinya dan mencari solusi terbaik. Sebaliknya yang terjadi adalah para pelajar harus menjalani ritual yang monoton setiap hari; pergi ke sekolah dan duduk menerima pelajaran di kelas dengan jadwal yang padat. Sungguh sebuah siklus yang pastinya sangat membosankan dan pada tahap tertentu bisa saja menjadi pemicu frustasi.
Selanjutnya, kompleksitas dalam keluarga dan sekolah juga ditambah lagi dengan kondisi lingkungan yang tak bersahabat. Harus diakui, lingkungan sosial kita saat ini adalah lingkungan yang begitu rawan atas perkembangan perilaku, fisik dan psikis generasi muda. Tindak kekerasan dan peredaran obat terlarang, hanyalah sedikit contoh, yang turut memperburuk moral para remaja ini. Di sisi lain, ketidaktegasan penguasa dan carut-marutnya pengaturan dan perlindungan negara terhadap para generasi semakin menjerumuskan para penerus bangsa ini dalam kehidupan yang semakin kehilangan arah.
Solusi Fundamental
Bagaimanapun, tawuran hanyalah satu dari sekian banyak permasalahan pendidikan yang membelit bangsa ini. Persoalan ini tak bisa dilepaskan dari sistem sekularisme yang dijadikan patokan untuk mengatur segala lini negeri ini. Sistem inilah yang telah menjauhkan peran agama (Islam) untuk mengatur kehidupan dan menyelesaikan segala persoalan.
Agama (Islam) hanya dipandang sebagai aturan untuk mengurus ibadah ritual semata dan tidak diperkenankan untuk mengatur aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Akibatnya, kita semakin jauh dari aturan Pencipta, dan tidak punya gambaran utuh bagaimana sejatinya Islam menyelesaikan setiap inci permasalahan manusia termasuk bidang pendidikan dan pembinaan generasi. Jauhnya kita dari Islam kini, justru kian menyengsarakan dan merusak tatanan kehidupan yang kita jalani, termasuk merusak kehidupan para generasi muda kita.
Karenanya, dibutuhkan solusi fundamental menyelesaikan persoalan tawuran pelajar. Yaitu mengganti sistem sekularisme dengan sistem Islam, yang dengannya akan mampu melahirkan sinergi antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan secara terarah.

Sejarah Warkop DKI ( Dari Main-Main Jadi Bukan Main )

WARKOP PRAMBORS "TO" WARKOP DKI

Sedih dan menangis jika harus melihat kembali lawakan, lagu, film, tak menyangka takdir Allah berbicara lain, mereka harus terpisah hingga waktu yang sangat lama.

Yang namanya persahabatan seperti jodoh juga, dan ternyata persahabatan mereka hinga SEHIDUP SEMATI, salut buat mereka WARKOP DKI pnatas sekali 
menjadi legenda indonesia

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (nama asli Nanu Mulyono), Rudy Badil, Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan saebagai Mastowi (orang Tegal), Ubai (orang Ansori). Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (orang Jawa), Acing/Acong (orang Tionghoa), dan Buyung (orang Padang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Tulo (orang Batak). Dono sendiri hanya berperan sebagai Mas Slamet (orang Jawa).

Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku "Pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya nggak usah saja,"

Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka.

Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.

Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus.

Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.

Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal lebih lama karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.




Beberapa film yang pernah dibintang oleh Warkop DKI ..

* Mana Tahaaan... (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi
* Gengsi Doong (1980) bersama Camelia Malik
* Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi, Dorman Borisman, dan Dana Christina
* GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa, dan Itje Trisnawati
* Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz dan Dorman Borisman
* IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Alicia Djohar
* Setan Kredit (1981) bersama Minati Atmanegara dan Alicia Djohar
* Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar, dan Pietrajaya Burnama
* Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan Chintami Atmanegara
* Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us
* Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us, dan Nourma Yunita
* Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, dan Aminah Cendrakasih
* Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Aminah Cendrakasihh, Wieke Widowati dan Us Us.
* Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Leily Sagita, Lia Warokka, Lina Budiarti, Kaharuddinsyah, dan Fanny Bauty.
* Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, Chintami Atmanegara, Lelly Sagita, Wieke Widowati, dan Advent Bangun
* Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami, dan Wolly Sutinah
* Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara
* Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik
* Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina dan Timbul
* Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok
* Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman, Yurike Prastika, Ira Wibowo, dan Nia Zulkarnaen
* Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton
* Godain Kita Dong (1989) bersama Liza Patzy, Ida Kusumah dan Tarsan
* Sabar Dulu Doong...! (1989) bersama Anna Sherley dan Eva Arnaz
* Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina
* Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina
* Bisa Naik Bisa Turun (1991) bersama Kiki Fatmala dan Sally Marcellina
* Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fotunella, Hengky Solaiman
* Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina
* Salah Masuk (1992) bersama Gitty Srinita dan Angel Ibrahim
* Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari
* Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati
* Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita, dan HIM Damsyik
* Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina dan Taffana Dewi